Unit 1
KONSEP DASAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Deni Darmawan Asra
.
Pendahuluan
L edakan informasi merupakan pertanda dari peluang dan tantangan
yang akan dihadapi manusia di masa depan. Perkembangan volume informasi yang
dicetuskan, dipindahkan, dan diterima akan terus dan semakin menggelembung.
Seiring dengan itu, maka informasi pun meningkat pula. Pada masa itu manusia
akan
hidup
dalam suatu tatanan masyarakat baru, yakni masyarakat informasi.
Informasi
memerlukan saluran untuk berpindah. Saluran tersebut adalah saluran komunikasi.
Teknologi telah siap menghadapi kebutuhan tersebut, dengan semakin
berkembangnya teknologi komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
antara pengirim dan penerima yang berjauhan dalam waktu singkat. Akibatnya
batas-batas ruang dan waktu menjadi semakin kabur.
Secara umum
bahan belajar ini menjelaskan tentang hakikat informasi dan teknologi
informasi, hakikat komunikasi dan teknologi komunikasi, yang mengarah kepada
pemahaman konsep dasar teknologi informasi dan komunikasi. Setelah mempelajari
bahan belajar ini, maka secara khusus Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hakikat tekonologi informasi dan hubungan informasi
dengan pengambilan keputusan.
2. Menjelaskan hakikat teknologi komunikasi dan manfaat komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan hakikat teknologi informasi dan komunikasi serta
manfaatnya bagi dunia pendidikan.
Untuk
membantu Anda mencapai tujuan tersebut, bahan ajar mandiri ini diorganisasikan
menjadi tiga sub unit sebagai berikut.
Sub
unit 1 : Hakikat Teknologi
Informasi
Sub
unit2 : Hakikat Teknologi
Komunikasi
Sub
unit 3 : Hakikat Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Selain itu
untuk memahami lebih mendalam bahan belajar ini, Anda dapat menelusuri web yang
ada di internet dengan kata kunci teknologi informasi dan komunikasi.
Agar Anda
dapat menguasai isi bahan belajar ini secara maksimal, sebaiknya Anda
perhatikan beberapa petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda
mempunyai gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup isi bahan
belajar mandiri ini.
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
pentingnya.
3. Segeralah membuat rangkuman tentang hal-hal pokok yang terkandung
dalam bahan belajar ini.
4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi bahan belajar
mandiri ini, tangkaplah konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan
keterhubungan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.
5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang
relevan baik dari media cetak maupun dari media elektronik.
6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi
bahan ajar ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri,
kemudian lihat kunci jawabannya.
7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan
teman sejawat atau catat untuk bahan diskusi pada saat tutorial.
Selamat belajar! Semoga
sukses!
Subunit 1
Hakikat Teknologi Informasi
B erbicara mengenai informasi, tidak dapat dipisahkan dengan yang
namanya data. Untuk itu, sebelum memahami konsep informasi dalam hal ini akan
dibahas sepintas tentang data. Menurut Susanto (2002) data adalah fakta atau
apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam menghasilkan informasi. Data
dapat berupa bahan untuk diskusi, pengambilan keputusan, perhitungan, atau
pengukuran. Saat ini data tidak harus selalu dalam bentuk kumpulan huruf-huruf
dalam bentuk kata atau kalimat, tetapi dapat juga dalam bentuk suara, gambar
diam dan bergerak, baik dalam bentuk
dua atau tiga
dimensi. Bahkan sekarang
mulai banyak berkembang data
virtual/maya yang merupakan hasil rekayasa komputer. Jelasnya menurut Siagian
(2002) data merupakan bahan ”mentah”. Sebagai bahan mentah, data merupakan input
yang setelah diolah berubah bentuknya menjadi output yang
disebut
informasi.
1. Hakikat Informasi
a. Pengertian Informasi
Setelah Anda mengenal sepintas tentang
data, maka marilah kita bicarakan apa yang dimaksud dengan informasi. Menurut
Susanto (2002) informasi merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi
tidak semua hasil dari pengolahan tersebut dapat menjadi informasi. Hasil
pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat
bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut. Dari uraian
tentang informasi ada tiga hal penting yang harus di perhatikan, di antaranya :
1.
informasi merupakan hasil pengolahan data
2.
memberikan makna
3.
berguna atau bermanfaat.
Selain dari
pengertian informasi tersebut Mc. Leod (Susanto, 2002) mengemukakan bahwa suatu
informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Akurat, artinya informasi mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih yang berbeda-beda dan apabila hasil pengujian
tersebut menghasilkan hasil yang sama, maka dianggap data tersebut akurat.
2. Tepat waktu, artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada
saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
3. Relevan, artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang
dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi
tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi diberbagai tingkatan dan
bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
4.
Lengkap, artinya informasi harus diberikan secara lengkap.
b. Hubungan Data dan
Informasi
Setelah
mengenal pengertian data dan informasi, yang harus menjadi pertanyaan Anda
adalah bagaimana hubungan data dan informasi? Untuk menghasilkan suatu
informasi, kita terlebih dahulu harus tahu informasi apa yang diperlukan,
selanjutnya kita harus tahu bagaimana mengolah suatu data menjadi informasi.
Hal yang penting untuk disadari bahwa menentukan kebutuhan informasi apa yang
harus disajikan bukan pekerjaan yang gampang. Apabila informasi yang diperlukan
sudah ditentukan dengan baik dan tidak ada masalah di bidang pengolahan, maka
selanjutnya menentukan data apa yang harus disediakan.
Melihat
masalah tersebut, tidak berbeda halnya apabila kita mau memasak. Apakah kalau
kita mau membuat atau memasak kita menyiapkan terlebih dahulu bahannya tanpa
tahu bagaimana cara memasaknya dan mau memasak apa? Atau sebaliknya? Kita harus
tahu dulu bagaimana cara memasak dan masakan apa yang kita inginkan saat ini,
baru dicari bahannya. Cara yang terakhir inilah yang benar, demikian pula dalam
menghasilkan informasi. Kita harus tahu terlebih dahulu informasi apa yang
dibutuhkan, selanjutnya kita harus tahu bagaimana mengolah suatu data menjadi
informasi.
Pengertian
bahwa informasi merupakan hasil pengolahan data menimbulkan pemikiran lain.
Maksudnya apakah suatu proses pengolahan data hanya terjadi satu kali?
Bagaimana kalau setelah diproses, diproses lagi? Apakah informasi hasil
pengolahan yang diolah kembali tetap merupakan informasi atau menjadi data?
Gambar berikut ini, dapat memperjelas bagaimana hubungan antara data dan
informasi.
Sebagai tambahan pemahaman tentang informasi,
menurut Nasution (2001) informasi merupakan sesuatu yang lebih sementara (transitory)
daripada pengetahuan. Informasi memiliki nilai pada seseorang, seperti harga
saham, berita utama, rekening bank atau di mana membeli sepatu yang bagus,
semua hal itu bersifat sementara (momentary) dan bukan berarti abstrak.
Informasi dapat menyumbang untuk pengetahuan dalam arti digunakan untuk
mendukung atau menolak suatu teori.
atau buruk. Penilaian
seperti itu hanya dibuat oleh pemakai informasi yang banyak bergantung pada
pengetahuan dan pola pandang masing-masing. Untuk itu, maka kita harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang ragam sumber informasi. Pemahaman akan keragaman
informasi tersebut akan membantu kita dalam mengakomodasi, menganalisis, dan
mendiseminasi informasi lebih lanjut. Apabila hal itu tidak tampak pada diri
kita, maka kemungkinan dapat menimbulkan kebingungan dan kesalahan perlakuan
terhadap informasi yang sampai pada diri kita.
c. Komponen-komponen Informasi
Dalam
fenomena yang multi-dimensional, kita dapat mengenal enam komponen informasi
yang masing-masing memiliki sifat, karakteristik, dan kekhasan masing-masing.
Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Absolute information, merupakan
’pohonnya’ informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dengan suatu
jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Substitutional infomation, yaitu
jenis informasi yang merujuk kepada kasus di mana konsep informasi
digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini, informasi kadangkala
diganti dengan istilah ’komunikasi’
3. Philosophic information, yaitu
jenis informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang menghubungkan
informasi pada pengetahuan dan kebijakan.
4. Subjective information, yaitu
jenis informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia.
Kehadiran informasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya.
5. Objective information, yaitu
jenis informasi yang merujuk pada karakter logis informasi-informasi
tertentu.
6. Cultural information, yaitu
informasi yang memberikan tekanan pada dimensi kultural.
Keenam
komponen informasi tersebut, satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan
memiliki unsur ketergantungan. Dalam memberikan pemahaman terhadap suatu
komponen, informasi tidak terlepas dari pengetahuan unsur budaya seseorang dan
pemahaman seseorang terhadap suatu komponen informasi yang merupakan alat bagi
pemahaman komponen-komponen lainnya.
daya yang makin penting
perannya dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Bahkan dapat dikatakan bahwa
informasi telah menyentuh seluruh kehidupan manusia, meskipun teknologi yang
menghasilkannya mungkin tidak dipahami, apalagi dikuasainya.
Informasi
diperlukan bukan hanya oleh individu dan berbagai kelompok dalam masyarakat,
akan tetapi juga oleh semua jenis organisasi, termasuk organisasi bisnis,
organisasi sosial, organisasi politik, birokrasi pemerintahan dan organisasi
nirlaba, termasuk organisasi keagamaan. Pentingnya peran informasi terlihat
baik oleh perorangan, kelompok, maupun semua jenis organisasi yang dalam
menjalani kehidupan dan penghidupan ini selalu dihadapkan kepada keharusan
mengambil berbagai keputusan, baik yang sifatnya rutin, sederhana, dan
repetitif maupun yang insidental, episodik, kritikal, rumit, dan strategis.
Informasi
yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan adalah yang memenuhi paling
sedikit lima persyaratan. Kelima persyaratan ini terkait dengan yang telah
dikemukakan di atas, yaitu berkenaan dengan informasi yang berkualitas, yaitu
lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa
sehingga mudah ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses
pengambilan keputusan apabila diperlukan (Siagian, 2002).
Faktor kelengkapan sangat penting karena
informasi yang tidak lengkap dapat berakibat pada kesimpulan yang tidak benar
yang pada gilirannya bermuara pada keputusan yang tidak tepat. Faktor
kemutakhiran tidak kalah pentingnya, karena seperti dimaklumi, suatu keputusan
adalah upaya sadar dan sistematis untuk mengatasi suatu situasi yang kurang
menguntungkan atau memecahkan masalah. Orientasi waktu suatu keputusan adalah
masa sekarang dan masa depan. Informasi yang sudah kadaluarsa tidak akan mendukung
proses pengambilan keputusan. Akurasi informasi merupakan hal mutlak karena
informasi. Informasi yang tidak akurat justru akan mempersulit proses
pengambilan keputusan terutama dalam menganalisis berbagai alternatif untuk
kemudian memilih salah satu yang diyakini merupakan alternatif terbaik.
Berkaitan dengan akurasinya, informasi harus dapat dipercaya. Artinya, data
tidak dimanipulasi dalam pengolahannya yang apabila terjadi akan mengaburkan
situasi yang sebenarnya. Seluruh informasi yang telah terkumpul dan terolah
harus disimpan sedemikian rupa sehingga siapa pun yang memerlukannya dan memang
berhak untuk itu dapat memperolehnya.
d.
Informasi dan Proses Pengambilan Keputusan.
Keputusan merupakan
rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk
menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk memanfaatkan kesempatan.
Para ahli psikologi mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan
bagian dari kegiatan otak manusia atau kognitif.
Menurut
Herbert A. Simon (Mcleod, 1995) proses pengambilan keputusan berada pada suatu
rangkaian kesatuan, dengan keputusan terprogram pada satu ujungnya dan
keputusan yang tak terprogram pada ujung yang lain. Keputusan terprogram
bersifat ”berulang dan rutin, sedemikian hingga suatu prosedur pasti telah
dibuat untuk menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu diperlakukan de
novo (sebagai sesuatu yang baru) tiap kali terjadi”. Sedangkan keputusan
tak terprogram bersifat ”baru, tidak terstruktur, dan jarang konsekuen.
Tidak ada metode yang yang pasti untuk menangani masalah ini karena belum
pernah ada sebelumnya, atau karena sifat dan struktur persisnya tidak terlihat
atau rumit, atau karena begitu pentingnya sehingga memerlukan perlakuan yang
sangat khusus.
Simon
menjelaskan bahwa dua jenis keputusan tersebut hanya ujung-ujung hitam dan
putih dari rangkaian kesatuan, dan bahwa di dunia nyata sebagian besar kelabu.
Namun, konsep keputusan terprogram dan tak terprogram penting karena
masing-masing memerlukan teknik yang berbeda. Terkait dengan jenis-jenis
pengambilan keputusan sebagaimana dikemukakan di atas, Simon (Mcleod, 1995;
Susanto, 2002) memberikan sumbangan berkaitan dengan pengembangan model dasar
pengambilan keputusan oleh manusia. Menurutnya terdapat tiga tahap proses
pengambilan keputusan, yakni:
1.
Kecerdasan (Inteligence)
2.
Perancangan (Design)
3.
Pemilihan (Choice)
1) Kecerdasan.
2) Perancangan.
Selama tahap perancangan pengambil
keputusan membuat outline beberapa alternatif pemecahan masalah yang isinya
terdiri dari beberapa tindakan yang harus dilaksanakan. Alternatif pemecahan
masalah ini biasanya menggunakan teknik perancangan secara kuantitatif yang
umum digunakan dalam ilmu manajemen dan analisis sistem. Setiap alternatif
pemecahan masalah diuji berdasarkan kriteria berikut: Apakah secara teknik dan
teknologi mungkin dilakukan? Apakah tidak bertentangan dengan undang-undang
atau kebiasaan umum? Apakah tidak ada masalah dilihat dari sudut anggaran dan
waktu? Apakah yang akan dihasilkan? Apakah unit-unit organisasi terpengaruh
dengan alternatif yang akan dijalankan tersebut? Alternatif-alternatif solusi
yang diberikan kemudian dievaluasi agar memberikan kesempatan kepada pembuat
keputusan menilai baik buruknya masing-masing alternatif tersebut. Secara
singkat, perancangan ini berkaitan dengan kegiatan merancang, yang meliputi
kegiatan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis berbagai alternatif
tindakan yang memungkinkan.
3) Pemilihan.
Pada tahap
pemilihan pengambil keputusan berhadapan pada berbagai alternatif, di mana
salah satu alternatif tersebut harus dipilih dan menjadi keputusan formal
dengan konsekuensi dilakukannya suatu tindakan. Tahap pemilihan ini, tidak
mudah karena beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
a. Banyak pilihan (Multi preference), dalam kebanyakan kasus,
apa yang dihasilkan tidak diukur dengan satu variabel atau satu dimensi. Tetapi
melalui beberapa variabel dan tidak semuanya dapat diperbandingkan seperti
membandingkan apakah lebih baik sejahtera tapi sakit-sakitan atau miskin tapi
cantik.
b. Ketidakpastian (Uncertainty), dalam beberapa kasus apa yang
dihasilkan itu tidak pasti dan kita harus menentukan kemungkinannya dengan
berbagai hasil yang berbeda.
c. Konflik kepentingan (Conflicting Interest), apabila
keputusan yang diambil dalam suatu organisasi tentunya terdiri dari berbagai
kelompok dan individu, antara lain keahlian, tingkat pilihan, ambisi, dan
pertimbangan yang berbeda. Untuk itu, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
akibat-akibat keputusan sebelum keputusan diambil.
d. Pengendalian (Control), faktor utama dalam memilih diantara
berbagai alternatif adalah kemampuan untuk menjaga setiap keputusan yang
dipilih. Pengambil keputusan harus menilai hal-hal berikut ini. Apakah
informasi cukup untuk
menindaklanjuti dan mengawasi rencana baru? Apakah cadangan cukup
untuk menanggulangi kegagalan? Apakah keputusan dapat diulang?
e. Tim Pembuat Keputusan, dalam suatu organisasi lebih banyak
keputusan yang dibuat oleh suatu tim daripada oleh individu.
Setelah
Anda mempunyai gambaran tentang proses pengambilan keputusan, maka yang menjadi
pertanyaan Anda adalah bagaimana hubungan informasi dengan proses pengambilan
keputusan tersebut pada setiap tahap. Jawaban atas pertanyaan tersebut, menurut
Siagian (2002) adalah sebagai berikut.
1.
Informasi pada tahap kecerdasan.
Tahap kecerdasan berfungsi
mendapatkan pengetahuan tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Pengetahuan dapat mendeteksi apakah ada masalah atau kesempatan. Informasi pada
tahap ini harus teranalisis, terintegrasi, dan terformat dengan baik.
2.
Informasi pada tahap perancangan.
Pada tahap ini diasumsikan
bahwa semua data yang relevan dan dapat diakses tersedia untuk dianalisis,
informasi yang diperlukan pada tahap ini misalnya model statistik seperti
regresi dan analisis varian, model reset operasi seperti program linier.
3.
Informasi pada tahap pemilihan.
Terdapat tiga tipe informasi yang harus disajikan, yaitu:
a.
Berbagai pemecahan masalah yang disarankan
b. Berbagai skenario dan hasil yang akan diperoleh sebagai akibat
dari tindakan yang dilakuakn
c. Informasi timbal balik untuk memonitor implementasi atau
pelaksanaan dan keputusan yang diambil.
Untuk memperjelas pemahaman Anda,
berikut ini disajikan gambar tentang hubungan informasi dengan setiap tahap
proses pengambilan keputusan.
2. Hakikat Teknologi Informasi
Sebelum Anda mengenal lebih jauh tentang teknologi
informasi, sebaiknya memahami terlebih dahulu pengertian teknologi. Mengingat
kebanyakan orang berpikir bahwa ”teknologi” hanya yang berkaitan dengan mesin
atau alat-alat elektronik. Oleh karena itu, berikut ini akan dikemukakan
pengertian dasar teknologi. Menurut Nasution (1995) istilah teknologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu technologia yang menurut Webster Dictionary
berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara
sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti
keahlian, keterampilan dan ilmu. Sejalan dengan pengertian tersebut, Salisbury
(1996) mengemukakan bahwa kata teknologi, sebagaimana digunakan oleh para
ilmuwan dan para filosofis ilmu pengetahuan menunjuk kepada cara menggunakan
ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Ini mungkin tidak termasuk
mesin dalam teknologi, tetapi dalam menerapkan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, teknologi dalam istilah yang benar, menunjuk kepada segala upaya
untuk memecahkan masalah-masalah manusia. Itu berarti, suatu cara untuk
mengatur orang, peristiwa-peristiwa, dan mesin dengan menggunakan pengetahuan
dan membuktikan alat-alat, prosedur, dan teknik.
Mengacu kepada pemahaman Anda tentang
informasi dan pengertian teknologi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka
yang harus menjadi pertanyaan Anda adalah apakah yang dimaksud dengan teknologi
informasi. Secara sederhana ”teknologi informasi” dapat dikatakan sebagai ilmu
yang diperlukan untuk mengolah informasi agar informasi tersebut dapat dicari
dengan mudah dan akurat. Isi dari ilmu tersebut dapat berupa prosedur,
cara-cara dan teknik-teknik untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah atau
menelusuri informasi secara efisien dan efektif.
Dalam the Dictionary of Computer,
Information Processing and Telecommunications, Hariyadi (Koswara, 1998)
mengemukakan bahwa teknologi informasi diberi batasan sebagai teknologi
pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan
memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena “… adanya
dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi
kelambatan manusia mengolah informasi…” Menurut Pendit (Koswara, 1998)
kelambatan itu terasa sebab volume informasi semakin cepat membengkak. Pendit
menambahkan bahwa teknologi informasi memungkinkan konsumsi informasi dalam
jumlah besar dan kecepatan luar biasa. Kemampuan tersebut terutama disebabkan
oleh ujung tombak teknologi informasi, yakni komputer.
Lebih luas Ely (1982) mengemukakan bahwa
yang dimaksud teknologi informasi mencakup sistem-sistem komunikasi seperti
satelit siaran langsung, kabel interaktif dua arah, penyinaran bertenaga rendah
(low-power broad-casting), komputer (personal komputer dan komputer genggam
yang baru), dan televisi (video disk dan video tape cassette).
Dari beberapa pengertian teknologi
informas sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan teknologi
informasi adalah serangkaian tahapan penanganan informasi, yang menurut Siagian
(2002) meliputi penciptaan informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi
dan transmisi informasi, penerimaan informasi secara selektif, penyimpanan dan
penelusuran informasi, dan penggunaan informasi. Tahapan-tahapan tersebut
dikemukakan oleh Siagian dalam gambar seperti berikut ini.
a. Penciptaan Informasi
Penciptaan informasi
adalah proses identifikasi dan penggalian sumber-sumber informasi yang tepat.
Sumber-sumber informasi yang layak dan dapat digali sangat bervariasi, serta
sangat tergantung pada pengambilan keputusan apa yang akan didukung dan untuk kepentingan
apa informasi tersebut digunakan. Setiap orang yang pernah berkecimpung dalam
kegiatan pengolahan informasi pasti mengetahui bahwa sumber-sumber tersebut
dapat berada di dalam suatu organisasi – seperti berbagai satuan kerja yang
terdapat di dalamnya, akan tetapi dapat pula berada di luar organisasi yang
bersangkutan. Instrumen atau alat untuk memperoleh informasi pun dapat beraneka
ragam, seperti melalui penelitian, eksperimen, baik eksperimen laboratorium
maupun eksperimen lapangan, penyebaran kuesioner, wawancara, dan lain
sebagainya.
Pentingnya identifikasi dan pengenalan sumber-sumber
informasi yang pantas dan layak digarap semakin relevan untuk diperhatikan.
Karena selain lebih menjamin bahwa data yang dikumpulkan untuk diolah bermutu
tinggi, juga proses penciptaan informasi tersebut harus diupayakan agar
berlangsung dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
b.
Pemeliharaan Saluran Informasi
Telah umum diketahui bahwa salah satu
perkembangan pesat yang terjadi dalam era informasi dewasa ini ialah terjadinya
”perkawinan” antara teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Akibatnya
makin banyak saluran penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain,
misalnya dari sumber informasi kepada penggunanya. Itulah yang dimaksud dengan
saluran informasi multimedia. Baik secara internal maupun eksternal,
saluran tersebut dapat berupa (a) saluran melalui komunikasi lisan, (b) saluran
dengan menggunakan tulisan, (c) komputer pada satuan-satuan kerja dalam
organisasi yang on-line dengan komputer utama (mainframe), (d)
saluran telepon, (e) teleks, (f) faksimile, dan (g) electronic mail.
Walaupun tidak semua organisasi mutlak
menggunakan semua saluran tersebut, karena tergantung pada banyak faktor,
seperti jarak, lokasi, persyaratan kecepatan penyampaian informasi, dan
berbagai faktor lain. Dengan demikian, berbagai saluran informasi tersebut
tersedia dan pemilikannya pun dewasa ini tidak lagi memerlukan biaya yang
besar.
c. Seleksi dan Transmisi Informasi
Tidak semua satuan kerja dan tidak semua
orang yang terdapat dalam satu organisasi memerlukan informasi yang sama.
Misal, satuan kerja yang menangani produksi memerlukan informasi yang berbeda
dari informasi yang dibutuhkan oleh satuan kerja yang menangani sumber daya
manusia. Dengan kata lain, informasi yang dimiliki oleh organisasi perlu
diseleksi oleh berbagai pemakai informasi tersebut. Oleh karena itu, mengetahui
informasi apa yang dikirim dan kepada siapa dan untuk kepentingan apa menjadi
sangat penting. Salah satu ramifikasi pandangan di atas adalah pentingnya
kemampuan memilih dan menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat.
d.
Penerimaan Informasi Secara Selektif
Seperti telah diuraikan di atas bahwa
pentingnya kemampuan memilih informasi apa yang akan disampaikan kepada siapa
dan kepentingan apa, berarti penerima informasi pun perlu memiliki kemampuan
untuk melakukan seleksi. Kemampuan pengguna untuk melakukan seleksi penting
agar, (a) hanya informasi yang relevan dengan misi, fungsi, dan tugas yang
diambil, (b) biaya transmisi dapat ditekan serendah mungkin, dan (c) pengguna
tidak memikul beban pemeliharaan yang tidak diperlukan.
Salah satu cara yang umum digunakan
ialah menciptakan data induk (data base) di mana semua jenis
informasi yang diperkirakan akan dibutuhkan oleh semua
komponen perusahaan atau organisasi disimpan dan dipelihara.
Kebutuhan-kebutuhan spesifik berbagai satuan kerja atau orang-orang tertentu
dalam organisasi dapat dipenuhi dengan mudah karena akses untuk kepentingan
itumemang tersedia. Dengan kata lain, sejalan dengan penciptaan data induk
perlu diciptakan suatu sistem distribusi informasi agar dapat diperoleh dengan
mudah oleh pihak-pihak yang memerlukan.
e. Penyimpanan Informasi
Sebagai salah satu sumber daya strategis
dalam organisasi, informasi yang telah terkumpul dan terolah dengan baik perlu
disimpan dengan sebaik mungkin. Kegiatan menyimpan informasi sangat penting
karena pengalaman menunjukkan bahwa tidak semua informasi yang dimiliki
digunakan segera. Oleh karena itu, informasi yang telah diolah dengan
mengeluarkan biaya tertentu jangan sampai hilang atau sukar ditelusuri apabila
diperlukan.
Perkembangan teknologi informasi
menunjukkan bahwa di samping ingatan manusia, terdapat berbagai alat penyimpan
informasi yang dapat digunakan, seperti sistem kartu, tape, microfilm,
hard disk, floppy disk, dan sebagainya. Salah satu manfaat dari
berbagai alat penyimpan informasi yang sarat teknologi ialah penghematan biaya
penyimpanan, terutama karena tempat yang diperlukan tidak lagi merupakan
ruangan yang besar. Di samping itu, dengan sarana berteknologi tinggi, maka
keamananpun lebih terjamin.
f. Penggunaan Informasi
Sebagaimana
telah dikemukakan di atas, bahwa sekarang umat manusia sudah berada pada era
informasi, hal itu berarti bahwa informasi sudah menyentuh seluruh segi
kehidupan dan penghidupan baik pada tingkat individual, tingkat kelompok, dan
tingkat organisasi. Pada tingkat individu, misalnya aneka ragam informasi
dibutuhkan seperti informasi tentang pendidikan, kesehatan, situasi pasar
berbagai produk yang diperlukannya untuk memuaskan kebutuhannya, lapangan
pekerjaan, dan lain sebagainya. Berbagai kelompok di masyarakat, mulai dari
rumah tangga dan kelompok lainnya juga memerlukan informasi untuk berbagai
kepentingan, termasuk untuk memperlancar proses pengambilan keputusan oleh
kelompok tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi organisasi, terlepas apakah
organisasi tersebut bergerak di bidang politik, ketatanegaraan, kegiatan bisnis
– mulai dari toko kecil hingga konglomerat yang bergerak dalam berbagai bidang
bisnis dan yang wilayah operasinya mungkin mencakup seluruh dunia – sosial
kemasyarakatan dan bersifat nirlaba, pendidikan, kesehatan, penelitian dan
pengembangan.
g. Penilaian Kritis dan Sistem Umpan Balik
Berhubungan
dengan semua tahap yang telah dikemukakan di atas, diperlukan pula kegiatan
penilaian yang kritis terhadap sistem informasi. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, sistem yang diperlukan dan yang digunakan adalah sistem yang
mempunyai nilai aplikatif yang tinggi. Artinya, memberikan konstribusi nyata
dalam memperlancar kegiatan manajemen organisasi.
Agar
penilaian yang dilakukan mencapai sasaran, maka diperlukan serangkaian standar
penilaian. Standar penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Validasi informasi yang diterima
2.
Signifikansi informasi tersebut
3.
Kegunaan spesifiknya, termasuk mendukung proses pengambilan
keputusan
4.
Hubungan informasi tersebut dengan informasi lain.
Setelah Anda
mempunyai gambaran tentang apa yang dimaksud dengan teknologi informasi. Yang
perlu disadari adalah apakah Anda termasuk kelompok masyarakat yang mengolah
informasi secara ”tradisional” – dalam arti tidak menggunakan sarana bermuatan
teknologi tinggi, atau sebaliknya yaitu termasuk kelompok masyarakat yang mampu
mengolah berbagai komponen penanganan informasi dengan memanfaatkan kemajuan
dan terobosan teknologi informasi. Dalam hal ini, Siagian (2002) mengemukakan
bahwa masyarakat yang mengolah informasi secara tradisional disebut sebagai
masyarakat prainformasional, sementara masyarakat yang telah memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat informasional.
Dari kedua
kelompok masyarakat tersebut, masing masing memiliki ciri-ciri tertentu. Untuk
lebih mengenal kedua kelompok tersebut, bagan berikut ini menggambarkan
ciri-cirinya dilihat dari perbandingannya.
Subunit 2
HAKIKAT TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Pengantar
I stilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu ”Communicare”
yang artinya ”memberitahukan”; ”berpartisipasi”, atau ”menjadi milik bersama”.
Apabila dirumuskan lebih luas, menurut Sudjana dan Rivai (1989) komunikasi
mengandung makna menyebarkan informasi,
berita, pesan, pengetahuan,
nilai-nilai dengan maksud untuk
menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama
antara penyampai pesan sebagai komunikator dan penerima pesan
sebagai komunikan.
1. Hakikat Komunikasi
Pada
dasarnya komunikasi merupakan suatu proses, yaitu suatu proses pengoperan dan
penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna. Maksudnya bahwa makna lambang
dalam perjanjian umum, baik oleh pihak pemakai lambang (komunikator) maupun
oleh pihak penerima lambang (komunikan), diartikan sama. Dalam hubungan ini
Schramm (Sudjana dan Rivai, 1989) menjelaskan pengertian umum komunikasi ke
dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah khasnya yaitu sebagai
berikut.
1. Encode atau penyandi, yaitu
komunikator yang mempunyai informasi atau pesan tertentu yang disajikan
dalam bentuk sandi atau code, seperti bahasa lisan, tulisan, dan rumusan dalam
lambang verbal (verbal symbol), atau lambang visual (visual symbol).
2. Sign atau signal, yaitu pesan,
berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh
seseorang atau kelompok orang penerima. Pesan itu dapat dilukiskan dalam bentuk
gerak-tangan, mimik, kata-kata lisan atau tulisan, rumusan, gambar, foto,
grafik, peta, diagram, dan lain-lain.
3. Decoders, yaitu komunikan yang
menerima pesan. Makna decoder adalah pemecah sandi, sebab pesan
yang disajikan oleh komunikator dalam bentuk sandi atau lambang itu harus dapat
dipecahkan, dipahami, dihayati, disimak, dan dimengerti betul makna isinya.
Komunikasi sebagai
suatu proses dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses primer dan proses
sekunder. Proses primer adalah proses komunikasi langsung. Artinya, proses
komunikasi yang berlangsung tanpa media massa yang dapat melipatgandakan jumlah
penerima pesan. Di dalam proses primer ini komunikasi dapat berbentuk bahasa,
gerakan-gerakan yang mempunyai makna khusus, dan aba-aba. Sedangkan komunikasi
dalam proses sekunder, yaitu komunikasi yang berlangsung dengan bantuan
mekanisme yang dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan, atau ditujukan guna
mengatasi pelbagai macam hambatan fisik yang akan merintangi berlangsungnya
proses komunikasi primer. Misalnya untuk mengatasi hambatan geografis, proses
komunikasi sekunder ini dilaksanakan dengan melalui radio, televisi, dan bahkan
satelit komunikasi dengan stasiun buminya. Sementara untuk mengatasi hambatan
waktu dapat diatasi dengan mempergunakan media pita suara, pringan hitam, video
cassete, dan buku untuk dapat berkomunikasi dengan generasi berikutnya (Sudjana
dan Rivai, 1989).
Berdasarkan kedua proses komunikasi tersebut, maka
terdapat bentuk-bentuk komunikasi. Paling tidak terdapat dua bentuk komunikasi,
yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Dari kedua bentuk komunikasi
tersebut, komunikasi verbal lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun demikian, komunikasi nonverbal mempunyai peran yang sangat penting,
karena kejelasan makna yang disampaikan dalam komunikasi verbal seringkali
diperoleh melalui penggunaan komunikasi nonverbal. Misalnya dalam penyampaian
berita kepada penerima agar lebih jelas bagi penerimanya seringkali
dipergunakan gerakan tangan, ekspresi muka, intonasi dalam mengucapkan
kata-kata tertentu. Dengan kata lain, komunikasi verbal akan lebih efektif dan efisien
pemakaiannya apabila disertai dengan penggunaan komunikasi nonverbal.
Bentuk paling umum dari
komunikasi manusia adalah saat seseorang berbicara pada orang lain. Dalam hal
ini elemen yang terpenting dalam komunikasi adalah
pengirim dan penerima.
Menurut Azies dan Alwasilah (1996) aktivitas manusia yang berkomunikasi
merupakan fenomena yang rumit dan terus-menerus berubah. Ada beberapa ciri yang
dapat ditemui pada komunikasi antara dua orang atau lebih terlibat dalam suatu
komunikasi, mereka dari pihak pembicara melakukan komunikasi karena beberapa
alasan.
1. Mereka ingin mengatakan sesuatu. Maksudnya, dalam sebagian besar
komunikasi, orang mempunyai pilihan apakah dia akan berbicara atau tidak.
2. Mereka memiliki tujuan komunikatif. Pembicara mengatakan sesuatu
karena menginginkan sesuatu terjadi sebagai akibat dari apa yang mereka
katakan. Apakah dia ingin merayu, mengajak, menolak, atau memuji mitra bicara?
3. Mereka memilih kode dari bahasa yang dimiliki. Untuk mencapai
tujuan komunikasinya, mereka dapat memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan
tersebut.
Sedangkan mereka dari pihak pendengar
melakukan komunikasi karena alasan-alasan berikut ini.
1. Mereka ingin mendengarkan ”sesuatu”. Kata ”ingin” digunakan di
sini karena pendengar mempunyai pilihan, apakah dia mau mendengarkan pidato
atau tidak, walaupun dalam kasus-kasus tertentu mereka dapat dipaksa untuk
mendengarkan atau terpaksa mendengarkan.
2. Mereka tertarik dengan tujuan komunikatif dari apa yang sedang
dikatakan. Pada umumnya, mendengarkan sesuatu terjadi karena tertarik untuk
mengetahui apa yang akan disampaikan si pembicara.
3. Mereka memproses beraneka ragam bahasa/kata. Pada umumnya,
pendengar harus memproses berbagai kapasitas bahasa yang dikuasai untuk dapat
memahami apa yang dikatakan atau dimaksudkan si pembicara.
Kapan pun
komunikasi terjadi selalu ada pembicara (dan/atau penulis) dan pendengar
(dan/atau pembaca). Hal ini terjadi, sekalipun novelis sedang menulis naskah,
karena penulis mengasumsikan akan ada pembaca pada masa mendatang dan pembaca
akan berkomunikasi pada saat membaca karyanya. Bagan berikut ini memberikan
kesimpulan dari uraian di atas.
Komunikasi merupakan aktivitas manusia.
Melalui komunikasi, manusia dapat berinteraksi satu sama lain dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya baik di rumah, dengan tetangga, di tempat bekerja, di
pasar, atau dimana saja. Sejak kapan manusia saling berinteraksi? Dilihat dari
riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia menurut Nasution (2001) adalah
sama panjangnya dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Alasannya karena
sejak manusia ada, maka sejak itulah mereka saling berkomunikasi satu dengan
yang lainnya. Bagi manusia, komunikasi merupakan kebutuhan pokok dalam
kehidupannya, karena itu sejak awal manusia berupaya agar di antara mereka
dapat terjadi saling berkomunikasi. Untuk keperluan itu, maka manusia berusaha
terus menciptakan dan mengembangkan berbagai sarana yang memungkinkan mereka
dapat memenuhi kebutuhan pokok tersebut.
Lebih
lanjut Nordenstreng dan Varis (Nasution, 2001) mengemukakan bahwa ada empat
faktor penentu yang pertama dalam sejarah komunikasi manusia. Keempat faktor
penentu yang dimaksud adalah sebagai berikut ini.
1. Perolehan (acquisition) bahasa, yaitu pada saat yang sama
dengan lahirnya umat manusia. Dengan kemampuan berbahasalah manusia dapat
berkomunikasi dengan sesamanya.
2.
Perkembangan seni tulisan sejalan dengan komunikasi lisan. Setelah
manusia
menemukan
cara menuliskan dan alat menulis, maka komunikasi yang selama ini dilakukan
dengan bahasa lisan kemudian dikembangkan bahasa tulisan.
3. Reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan
menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa
yang sebenarnya.
4. Munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, radio,
televisi, hingga satelit.
Terkait dengan pendapat di atas, untuk
sampai kepada perkembangan komunikasi seperti keadaan yang terjadi di era ini,
riwayatnya cukup panjang, yang disederhanakan oleh Bell (Nasution, 2001) dengan
sebutan empat revolusi yang terjadi dalam hal manusia berkomunikasi satu sama
lainnya. Keempat revolusi dalam bidang komunikasi tersebut adalah (1) dalam hal
berbicara, (2) ditemukannya tulisan,
(3)
penemuan percetakan, dan (4) dalam hal hubungan jarak jauh (telekomunikasi).
Kemampuan manusia dalam berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain
merupakan suatu komponen yang harus ada dalam kelengkapan
atribut-atribut yang memungkinkan kelompok-kelompok manusia dapat bekerja sama
dan bertahan hidup serta berkembang. Dapat dibayangkan betapa mustahilnya
manusia dapat berkomunikasi satu sama lain, jika kemampuan berbicara tidak
dimilikinya.
Perkembangan penting berikutnya dalam
bidang komunikasi adalah ditemukannya tulisan. Menurut Parker (Nasution, 2001)
yang dikutif dari ahli komunikasi, menyatakan bahwa kemampuan menulis inilah
yang memungkinkan terpeliharanya struktur sosial di wilayah-wilayah kecil di
Mesir kuno pada zaman tersebut. Lalu dengan ditemukannya papyrus (asal
mula kertas tempat menulis) dan alat transportasi perahu, maka perintah di masa
itu dapat memelihara integritas masyarakat sepanjang Lembah Nil. Bahkan di masa
kerajaan seperti Romawi pada zamannya tidak akan mampu memelihara wilayah
kekuasaan seluas itu, andaikata ketika itu tidak ada komunikasi tertulis dan
sarana jalan yang menunjangnya.
Percetakan, kemudian meningkatkan cara-cara
dan kemudahan manusia untuk saling berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu.
Potensi yang dimiliki percetakan inilah menurut analisi Bell (1979) yang
memungkinkan terjalinnya masyarakat industrial. Percetakan telah terbukti
berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan melek huruf dan merupakan
fondasi untuk terselenggaranya aktivitas pendidikan secara massa. Bukan
kebetulan teknologi percetakan merupakan faktor kunci menuju terjadinya
Renaissance dan Revolusi Industri Parker (Nasution, 2001).
Selanjutnya, perkembangan komunikasi
seperti sekarang ini, yaitu dengan ditemukannya berbagai sarana yang
memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lainnya tanpa harus terhalang oleh
faktor-faktor jarak, kecepatan bahkan waktu. Kemajuan teknologi yang kita alami
dewasa ini seringkali disebut sebagai masa teknologi elektronik. Penamaan ini
tentunya berkaitan dengan kenyataan bahwa sebagian terbesar kemampuan
berkomunikasi yang ditawarkan oleh teknologi saat ini memang dimungkinkan oleh
bantuan peralatan elektronik.
Kemajuan teknologi komunikasi yang
dicapai sekarang ini, serta yang sedang diolah pengembangannya oleh para ahli
dan kaum industrialis, pada hakikatnya hanya mungkin terjadi berkat
ditemukannya beberapa inovasi sebelumnya.
Penemuan-penemuan itu, oleh Goldhamer (Nasution, 2001) disebut
sebagai basis teknologi yang menyebabkan berkembang-biaknya kemajuan teknologi
komunikasi hingga terciptanya berbagai sarana dengan kemampuan yang sangat
menakjubkan. Adapun basis teknologi yang dimaksud itu adalah penemuan
transistor, printed circuit, integrated circuit, dan komputer.
2. Hakikat Teknologi Komunikasi
Teknologi
komunikasi pada dasarnya merupakan wujud hasil ciptaan dan temuan manusia dalam
upaya memenuhi kebutuhan untuk berhubungan satu sama lain dengan cepat, jelas,
dan menjangkau. Sejak negeri kita memiliki satelit komunikasi Palapa tahun
1976, sebenarnya telah terjadi revolusi besar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan teknologi komunikasi yang mutakhir tersebut, maka kita dapat saling
berhubungan dengan seluruh kawasan tanah air. Sebagaimana halnya siaran radio
dan televisi dapat ditangkap di mana saja kita berada.
Kemajuan perkembangan teknologi
komunikasi yang spektakuler saat ini telah menjangkau tidak hanya orang-orang
yang berdomisili di kota saja, tetapi sudah menjangkau ke pelosok daerah.
Banyak orang sudah menggunakan mobile telephone, baik itu telepon genggam
maupun telepon mobil. Tampaknya hampir tidak ada lagi hambatan untuk
berhubungan ke mana saja. Bahkan warung telekomunikasi sudah bertebaran di
berbagai tempat. Siaran televisi sudah bertambah banyak dengan hadirnya
beberapa stasiun swasta. Dengan demikian, kita sekarang ini dapat menikmati
manfaat dari kemajuan yang dihasilkan oleh revolusi teknologi komunikasi.
Mengingat, berbagai keterbatasan yang dahulu dirasakan manusia seperti faktor
jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-lainnya, kini dapat diatasi
dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir. Seperti dengan
penggunaan satelit, hampir tidak ada lagi batas jarak dan waktu untuk
menjangkau khalayak yang dituju di manapun, dan kapan pun diperlukan. Begitu
pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan, menyimpulkan dan menelusuri
kembali informasi yang dimiliki oleh perangkat teknologi komunikasi seperti
komputer, videocassette, dan videodisc.
Sejalan
dengan pemahaman Anda tentang hakikat komunikasi dan manfaat komunikasi, diharapkan
dapat menjadi arahan untuk memahami apa yang dimaksud dengan teknologi
komunikasi. Menurut Rogers (Nasution, 2001) teknologi komunikasi adalah
”peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung
nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, mengolah,
dan saling bertukar informasi dengan individu lain. Abrar (2003) mengemukakan
bahwa teknologi komunikasi berkaitan erat dengan informasi. Dalam
hal ini terdapat teknologi
komunikasi yang berfungsi menyalurkan informasi, teknologi komunikasi yang
berfungsi mengolah informasi, teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai
pengolah dan penyimpan informasi.
3. Karakteristik Teknologi Komunikasi dan
Implikasinya
Salah satu
keunggulan yang ditawarkan teknologi komunikasi sekarang ini adalah kemungkinan
bagi si penerima komunikasi untuk lebih langsung mengendalikan pesan-pesan yang
ditransmisikan. Kini penerima komunikasi lebih dapat menentukan pilihan-pilihan
yang diinginkan atau dibutuhkannya, seperti memperoleh informasi tentang apa
yang diinginkan, serta kapan pun memerlukannya.
Bell
(Nasution, 2001) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan
oleh kemajuan teknologi, yaitu meliputi berikut ini.
a. Jaringan pengolahan data yang memungkinkan orang berbelanja cukup
dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing. Pesanan akan
dikirimkan langsung ke rumah pemesan oleh toko tempat berbelanja.
b. Bank informasi dan sistem penelusuran, yang memungkinkan
pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memperoleh kopi cetak
dalam sekejap mata.
c. Sistem teleks, yang menyediakan informasi mengenai segala rupa
kebutuhan. Seperti berita, cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi,
katalog segala macam produk dan sebagainya, lewat layar televisi di rumah
masing-masing.
d.
Sistem faksimili, yang memungkinkan pengirimam dokumen secara
elektronik.
e. Jaringan komputer interakstif, yang memungkinkan pihak-pihak
berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.
Di
negara-negara maju, sistem komunikasi dengan teknologi tersebut telah menjadi
kenyataan. Sementara itu sebagian juga telah masuk dan digunakan di
negara-negara sedang berkembang. Bahkan beberapa di antaranya sudah dengan
mudah ditemukan di Indonesia dengan penggunaan sehari-hari, seperti komputer, telecopy,
videocassette, fasilitas telekonferensi, satelit, dan lain-lain.
Menurut
Ploman (Nasution, 2001) kemajuan teknologi komunikasi ditandai oleh
karakteristik berikut ini.
a. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih di antara berbagai
metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada
masa lalu hanya ada alat peralatan ”berat” yang profesional dan mahal, maka
kini tersedia bermacam-macam sarana yang ”ringan”, metode yang hanya memerlukan
Implikasi kemajuan teknologi komunikasi
sebagaimana dikemukakan di atas akan mencakup berbagai bidang kehidupan.
Khususnya implikasi terhadap lapangan pendidikan, kemajauan teknologi
komunikasi ini telah membukakan kesempatan yang amat luas bagi anggota
masyarakat untuk memperoleh peluang meningkatkan pengetahuan masing-masing.
Teknologi komunikasi memungkinkan orang belajar tanpa terikat oleh jarak dan
waktu, seperti yang dikenal dengan sistem belajar jarak jauh (distance
learning). Di samping itu juga membantu mengatasi kekurangan tenaga
pengajar dan daya tampung sekolah formal dengan sistem belajar terbuka (open
learning), belajar dengan berbantuan komputer (computer assited learning),
kegiatan belajar melalui perangkat elektronik komputer yang tersambungkan ke
internet (e-learning) serta bentuk-bentuk kegiatan belajar lain baik
formal maupun non-formal, seperti yang dilaksanakan dengan sistem siaran
pendidikan melalui radio, televisi dan media komunikasi lainnya.
Daftar Pustaka
Baker, Greg, Tom (1993) First Byte:
An Introduction in Infromation Processing, Melbourne: Oxford University
Press
Darmawan, Deni, (2006) Pengantar
Teknologi Infromasi dan Komunikasi, Bandung: Arum Mandiri Press
---------------------, (2006) Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Modul Dualmodes, Bandung: UPI Press.
Daryanto.
(2004) Keterampilan Dasar Pengoperasian Komputer. Bandung: Yrama
Widya.
Ilmu
komputer, http//www.ilmukomputer.com
Nasution, Zulkarimein.
(2001) Perkembangan Teknologi
Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Susanto, Azhar. (2002) Sistem
Informasi Manajemen: Konsep dan Perkembangannya. Bandung: Lingga
Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar